The Girl with All the Gifts (2016)
By
Posted on
Susah untuk kemudian tidak melabeli ulasan satu ini dengan peringatan besar-besar, AWAS SPOILER! Karena jujur saja, menikmati The Girl with All the Gifts tanpa
tahu apa-apa tentangnya akan menjadi sebuah pengalaman yang sangat
menyenangkan. Jadi jika berencana untuk menontonnya dengan kenikmatan
maksimal, sebaiknya hentikan saja membaca sampai di sini.
Dibuka dengan set penjara dengan
penjagaan maksimum, bahkan setiap kali tahanan di dalamnya keluar dari
sel mereka harus diikat erat di sebuah kursi roda dengan pengawalan
tentara bersenjata. Yang menarik, para tahanan bukanlah para kriminal
namun mereka hanya bocah-bocah ingusan yang berusia sekitar 10-12 tahun.
Tentu saja kemudian muncul tanda tanya besar. Siapa anak-anak kecil
itu? Mengapa mereka diperlakukan seperti itu? Mengapa para penjaga
terlihat ketakutan berdekatan dengan mereka? Ada apa dengan semua ini?!
Seperti yang saya katakan di atas, susah untuk tidak sedikit membocorkan tentang The Girl with All the Gifts. Bagi
yang pernah membaca novel buah pena M.R. Carey berjudul sama mungkin
sudah tahu persis semua pertanyaan di atas. Sekali lagi, AWAS SPOILER! The Girl with All the Gifts adalah
sebuah horor zombie. Ya, zombie menjadi kata kunci yang kemudian
sedikit banyak akan mempengaruhi pengalaman menonton buat para mereka
yang tidak tahu apa-apa tentang film ini. Seperti saya misalnya,
berangkat ke bioskop dalam kondisi “buta” lalu dihadapkan oleh 25 menit
pertama penuh misteri dan pertanyaan demi pertanyaan tentang siapa
sebenarnya bocah-bocah itu yang bahkan guru mereka saja, seperti Helen
Justineau (Gemma Artenton) harus dimaki habis-habisan oleh Sersan Eddie
Parks (Paddy Considine) hanya karena sedikit menyentuh
kepala Melanie (Sennia Nanua), salah satu bocah tahanan. lalu ada Dr.
Caroline Caldwell (Glenn Close) yang setiap hari datang ke sel Melanie
untuk menanyakan beberapa pertanyaan aneh. Semua tanda tanya itu
kemudian perlahan mulai terjawab ketika sutradara Colm McCarthy
memperlihatkan dunia luar dari The Girl with All the Gifts
dengan set pasca kiamat akibat terkena wabah mematikan, dalam kasus ini
ada virus jamur yang menular melalui cairan tubuh yang sudah menginfeksi
para manusia menjadi apa yang mereka sebut sebagai “hungries”.
Mungkin dari sini kamu mengira The Girl with All the Gifts akan
menjadi sama saja seperti kebanyakan horor zombie survival ala George
A. Romero dan rekan-rekannya yang diisi oleh momen kejar-kejaran antara
para mayat hidup dan manusia-manusia tersisa lengkap dengan kebrutalan
yang berdarah-darah, tetapi harus diakui subgenre zombi akhir-akhir ini
mengalami banyak variasi, dari sebuah disaster movie sebombastis World War Z, thriller klaustrofobia macam Train to Busan bahkan sampai romcom manis seperti Warm Bodies. The Girl with All the Gifts sendiri mencoba
tampil berbeda, meski punya akar sama dengan nenek moyangnya, narasi
yang ditulis juga oleh M.R. Carey sendiri dengan mengandalkan kekuatan
pada premisnya yang orisinal dan juga karakter utamanya yang tidak
biasa, dalam kasus ini adalah Melanie.
Dari awal sosok Melanie memang sudah
ditonjolkan dengan tingkat kecerdasan dan antusiasme lebih ketimbang
rekan-rekannya. Dalam perjalanannya penonton akan tahu siapa sebenarnya
Melanie, melihat dunia dari sudut pandangnya, bagaimana kemudian ia
belajar hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk
menjalin persahabatan dengan gurunya sendiri, Helen Justineau yang juga
menjadi manusia favoritnya. Melanie sendiri jelas bukan sekedar bocah
biasa, Sersan Eddie Parks pun mengatakan bahwa ia hanya terlihat seperti
anak kecil dari luar. Sutradara Colm McCarthy dengan cerdas
memperkenalkan sosok Melanie, melihatnya berkembang seiring berjalannya
waktu dengan segala kejutan dan twist yang membuat plotnya menjadi semakin menarik dan menarik setiap menitnya. Tentu saja sebagai sebuah zombie movie unsur
survival menjadi salah satu kekuatannya dan kemudian mampu menjadi
lebih solid ketika proses bertahan hidup itu kemudian berpadu padan
dengan tema pendewasaan diri dalam bungkusan drama dan horor yang sama
kuatnya.
Jadi di The Girl with All the Gifts kamu
tidak hanya akan merasakan sensasi ketegangan layaknya horor zombie
ketika para karakternya mengendap-endap melewati para mayat hidup yang
bisa terbangun sewaktu-waktu namun juga menelisik drama tentang sisi
kemanusiaan yang tersisa di dunia yang penuh kekacauan dan kehancuran.
Film ini juga kerap membuat penontonnya bimbang, mempertanyakan motif
dari karakter Melanie, apakah ia memang tulus belajar menjadi manusia
dan mampu merasakan empati dan emosi di sekitarnya? Atau mungkin sama
seperti lainnya, ia hanya makhluk yang sedang bertahan hidup dengan
berbagai cara? jawabannya sendiri jauh lebih kompleks dari yang bisa
kamu bayangkan.
The Girl with All the Gifts (2016)SUMBER http://movienthusiast.com/girl-gifts-2016/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar