Minggu, 27 November 2016

THE GIRL WITH ALL THE GIFTS

The Girl with All the Gifts (2016)

the-girl-with-all-the-gifts-7
Susah untuk kemudian tidak melabeli ulasan satu ini dengan peringatan besar-besar, AWAS SPOILER! Karena jujur saja, menikmati The Girl with All the Gifts tanpa tahu apa-apa tentangnya akan menjadi sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan. Jadi jika berencana untuk menontonnya dengan kenikmatan maksimal, sebaiknya hentikan saja membaca sampai di sini.
Dibuka dengan set penjara dengan penjagaan maksimum, bahkan setiap kali tahanan di dalamnya keluar dari sel mereka harus diikat erat di sebuah kursi roda dengan pengawalan tentara bersenjata. Yang menarik, para tahanan bukanlah para kriminal namun mereka hanya bocah-bocah ingusan yang berusia sekitar 10-12 tahun. Tentu saja kemudian muncul tanda tanya besar. Siapa anak-anak kecil itu? Mengapa mereka diperlakukan seperti itu? Mengapa para penjaga terlihat ketakutan berdekatan dengan mereka? Ada apa dengan semua ini?!
Seperti yang saya katakan di atas, susah untuk tidak sedikit membocorkan tentang The Girl with All the Gifts. Bagi yang pernah membaca novel buah pena M.R. Carey berjudul sama mungkin sudah tahu persis semua pertanyaan di atas. Sekali lagi, AWAS SPOILER! The Girl with All the Gifts adalah sebuah horor zombie. Ya, zombie menjadi kata kunci yang kemudian sedikit banyak akan mempengaruhi pengalaman menonton buat para mereka yang tidak tahu apa-apa tentang film ini. Seperti saya misalnya, berangkat ke bioskop dalam kondisi “buta” lalu dihadapkan oleh 25 menit pertama penuh misteri dan pertanyaan demi pertanyaan tentang siapa sebenarnya bocah-bocah itu yang bahkan guru mereka saja, seperti Helen Justineau (Gemma Artenton) harus dimaki habis-habisan oleh Sersan Eddie Parks (Paddy Considine) hanya karena sedikit menyentuh kepala Melanie (Sennia Nanua), salah satu bocah tahanan. lalu ada Dr. Caroline Caldwell (Glenn Close) yang setiap hari datang ke sel Melanie untuk menanyakan beberapa pertanyaan aneh. Semua tanda tanya itu kemudian perlahan mulai terjawab ketika sutradara Colm McCarthy memperlihatkan dunia luar dari The Girl with All the Gifts dengan set pasca kiamat akibat terkena wabah mematikan, dalam kasus ini ada virus jamur yang menular melalui cairan tubuh yang sudah menginfeksi para manusia menjadi apa yang mereka sebut sebagai “hungries”.
Mungkin dari sini kamu mengira The Girl with All the Gifts akan menjadi sama saja seperti kebanyakan horor zombie survival ala George A. Romero dan rekan-rekannya yang diisi oleh momen kejar-kejaran antara para mayat hidup dan manusia-manusia tersisa lengkap dengan kebrutalan yang berdarah-darah, tetapi harus diakui subgenre zombi akhir-akhir ini mengalami banyak variasi, dari sebuah disaster movie sebombastis World War Z, thriller klaustrofobia macam Train to Busan bahkan sampai romcom manis seperti Warm Bodies. The Girl with All the Gifts sendiri mencoba tampil berbeda, meski punya akar sama dengan nenek moyangnya, narasi yang ditulis juga oleh M.R. Carey sendiri dengan mengandalkan kekuatan pada premisnya yang orisinal dan juga karakter utamanya yang tidak biasa, dalam kasus ini adalah Melanie.
Dari awal sosok Melanie memang sudah ditonjolkan dengan tingkat kecerdasan dan antusiasme lebih ketimbang rekan-rekannya. Dalam perjalanannya penonton akan tahu siapa sebenarnya Melanie, melihat dunia dari sudut pandangnya,  bagaimana kemudian ia belajar hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk menjalin persahabatan dengan gurunya sendiri, Helen Justineau yang juga menjadi manusia favoritnya. Melanie sendiri jelas bukan sekedar bocah biasa, Sersan Eddie Parks pun mengatakan bahwa ia hanya terlihat seperti anak kecil dari luar. Sutradara Colm McCarthy dengan cerdas memperkenalkan sosok Melanie, melihatnya berkembang seiring berjalannya waktu dengan segala kejutan dan twist yang membuat plotnya menjadi semakin menarik dan menarik setiap menitnya. Tentu saja sebagai sebuah zombie movie  unsur survival menjadi salah satu kekuatannya dan kemudian mampu menjadi lebih solid ketika proses bertahan hidup itu kemudian berpadu padan dengan tema pendewasaan diri dalam bungkusan drama dan horor yang sama kuatnya.
Jadi di The Girl with All the Gifts kamu tidak hanya akan merasakan sensasi ketegangan layaknya horor zombie ketika para karakternya mengendap-endap melewati para mayat hidup yang bisa terbangun sewaktu-waktu namun juga menelisik drama tentang sisi kemanusiaan yang tersisa di dunia yang penuh kekacauan dan kehancuran. Film ini juga kerap membuat penontonnya bimbang, mempertanyakan motif dari karakter Melanie, apakah ia memang tulus belajar menjadi manusia dan mampu merasakan empati dan emosi di sekitarnya? Atau mungkin sama seperti lainnya, ia hanya makhluk yang sedang bertahan hidup dengan berbagai cara? jawabannya sendiri jauh lebih kompleks dari yang bisa kamu bayangkan.
The Girl with All the Gifts (2016)

SUMBER http://movienthusiast.com/girl-gifts-2016/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar